Logo Blog
Headline

Seorang Remaja di Aceh Alami Intoksikasi Jengkol, Obati Dengan Easy

 

Nagan Raya, Aceh – Seorang remaja berinisial A (20) asal Alue Thoe, Nagan Raya, harus mengalami pengalaman medis yang menegangkan setelah pertama kali mencoba mengonsumsi jengkol. Meski hanya sedikit, A langsung mengalami gejala serius berupa hipertermia ringan (badan panas), kolik abdomen (nyeri perut hebat), dan disuria (gangguan buang air kecil) 

Awalnya, A berencana berobat ke rumah sakit. Namun, seorang tetangga menyarankan terapi tradisional dengan meminum air kelapa. Saat berkumpul bersama teman-temannya, ia sempat mengeluhkan kondisinya. “Badan saya gak enak, perut sakit. Kata tetangga disuruh minum air kelapa, tapi belum saya coba,” ungkapnya.

Mendengar itu, seorang temannya segera mengambil kelapa muda dari pekarangan rumah. Air kelapa lalu diberikan kepada A. Tak lama setelah diminum, gejalanya mulai mereda, menandakan adanya efek rehidrasi elektrolit alami dari air kelapa.

Secara ilmiah, air kelapa diketahui mengandung elektrolit, kalium, dan magnesium yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mencegah dehidrasi. Dalam kasus tertentu, minuman ini juga mampu membantu mengurangi efek toksik ringan, meski bukan pengobatan utama.

Setelah mengalami kejadian itu, A menegaskan tidak akan lagi menyentuh jengkol. “Cukup sekali rasanya. Saya gak mau lagi makan jengkol, sakitnya luar biasa,” tegasnya, Selasa (9/9/2025).

Menurut literatur medis, fenomena yang dikenal masyarakat sebagai “mabuk jengkol” disebut dengan istilah intoksikasi jengkol (jengkolism). Kondisi ini dipicu oleh asam jengkolat yang terkandung dalam biji jengkol. Zat tersebut dapat mengendap di saluran kemih dan berpotensi mengganggu fungsi ginjal.

Meski jarang terjadi, kasus jengkolism bersifat sporadis dan sangat bergantung pada metabolisme individu. Sebagian warga meyakini bahwa mabuk jengkol terjadi bukan karena jumlah konsumsi, melainkan kadar zat beracun yang lebih tinggi pada salah satu biji atau kesalahan saat pengolahan, seperti tidak membuang bagian embrio biji jengkol sebelum dimasak.

Apa pun jenis makanannya, kita perlu berhati-hati saat mengonsumsinya. Sebab, sesuatu yang aman bagi orang lain belum tentu cocok untuk tubuh kita sendiri.


 Apakah Anda pernah mengalami gejala serupa setelah makan jengkol? Bagaimana cara Anda mengatasinya?

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama